Senin, 09 Januari 2012

BIOINSEKTISIDA VIRUS


BIOINSEKTISIDA VIRUS
NPV (Nuclear Polyhedrosis Virus)
Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (Splt/NPV)




Oleh :
Lukluk Rahmawati
NIM. 093654004

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2012
A.   Pendahuluan Bioinsektisida NPV
Penggunaan insektisida kimia selain berdampak positif, juga selalu diikuti oleh dampak negatif karena insektisida mempunyai spektrum daya bunuh yang luas dan akan mengakibatkan musnahnya musuh alami seperti parasitoid, predator, serangga berguna lainnya, dan serangga non target.
Berdasarkan yang ada di lapangan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil kedelai di Indonesia adalah terjadinya serangan hama. Lebih dari 20 jenis hama yang menyerang kedelai, di antaranya yang menyerang daun adalah Spodoptera litura (ulat grayak), dan yang menyerang polong adalah Helicoverpa armigera. Hama tersebut merupakan hama penting pada kedelai.
Salah satu alternatif yang bisa digunakan para petani adalah penggunaan bioinsektisida. Bioinsektisida dapat mengendalikan serangga hama sasaran secara tepat karena bersifat spesifik, mempunyai kemampuan membunuh cukup tinggi, biaya relatif murah dan tidak mencemari lingkungan (Deacon, 1983; Jayaray, 1985; Santoso, 1994). Beberapa bioinsektisida yang sangat berpotensi dan dapat dikembangkan secara komersial maupun non komersial pada tingkat petani diantaranya Nuclear polyhedrosis virus (NPV), Bacillus thuringiensis, jamur Metarhizium anisopliae. Dan salah satu patogen serangga yang direkomendasikan dalam program pengendalian Hama Terpadu (PHT) adalah nuclear-polyhedrosis virus (NPV) (Ditlintan, 1993). NPV yang menginfeksi ulat S. litura disebut SlNPV (Baculovirus litura).
Dalam artikel ini akan dibahas tentang NPV jenis Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (Splt/NPV) yang menginfeksi tanaman kedelai. Gambaran umum tentang NPV adalah sebagai berikut, Virus ini berbentuk batang dan terdapat dalam inclusion bodies yang disebut polihedra. Polihedra berbentuk kristal bersegi banyak dan terdapat didalam inti sel yang rentan dari serangga inang, seperti hemolimfa, badan lemak, hypodermis dan Matriks trakea. Polihedra berukuran 0,5–15 µm dan mengandung partikel virus (virion). Virion berbentuk batang, berukuran 40–70 nm x 250–400 nm dan mengandung molekul deoxy-ribonucleid acid (DNA) (iggnoffo and Couch, 1981, Tanada dan Kaya, 1993). Morfologi polihedra dan virion dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop elektron.
B.    Klasifikasi NPV
Untuk klasifikasi NPV adalah sebagai berikut :
Nama umum : Spodoptera litura (fabricius)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Noctuidae
Subfamily : Amphipyrinae
Genus : Spodoptera
Species : Spodoptera litura
C.    Cara Kerja NPV
Cara penginfeksian NPV terhadap inang umumnya pada stadium larva dengan melalui saluran pencernaan sehingga inang harus menelan virus bersama pakan. Bagian tubuh yang peka dan menjadi sasaran infeksi adalah lapisan epitel saluran pencernaan, sel darah, trakea, hipodermis dan sel lemak. (http://um.ac.id)
Serangan NPV terhadap inang terdiri atas dua tahap:
1.    Tahap pertama NPV menyerang usus tengah
2.    Tahap kedua menyerang rongga tubuh (hemocoel) dan organ-organ yang ada didalamnya
Polyhedral virus yang tertelan oleh inang akan masuk ke dalam usus tengah dan virion akan dilepaskan ke cairan usus tengah. Pelepasan virion akan dibantu oleh kondisi alkali cairan pencernaan dengan pH 9,5-11,5 (Granados & William 1986). (http://ksupointer.com)
Selanjutnya virion yang terlepas dari PIB menuju ke membran peritropic dari usus tengah kemudian masuk ke dalam sel usus. Proses ini diawali dengan lepasnya selubung nukleokapsid (amplop) sehingga yang masuk hanyalah nukleokapsid. Selanjutnya dalam sel-sel usus tepatnya di dalam inti sel, nukleokapsid bereplikasi. Nukleokapsid keluar dari inti dan menuju membran basal plasma kemudian keluar sel melalui proses yang disebut budding. Keluarnya virion dari sel-sel terinfeksi juga terjadi karena sel-sel tersebut hancur akibat serangan virus. Tahap selanjutnya, virion kemudian menyerang jaringan didalam rongga tubuh larva, terutama sel lemak, sel-sel hemocit, matrik trakea, yang akhirnya mengakibatkan kematian larva (Granados & William 1986). Larva yang terinfeksi menunjukkan gejala yang khas. Satu sampai dua hari setelah infeksi, larva memendek, warna mulai berubah dan aktivitas menjadi lamban. Tetapi pada tingkat ini larva masih makan. Pada infeksi lanjut, bagian ventral larva berwarna coklat kemerahan seperti terdapat akumulasi cairan kecoklatan. Kulit menjadi mengkilat dan lembek, bila disentuh larva akan pecah dan mengeluarkan cairan berwarna coklat kemerahan, baunya menyengat dan mengandung jutaan polyhedral. Selanjutnya, larva yang akan mati menunjukkan perilaku yang khas. Larva akan bergerak ke pucuk tanaman dan pada saat matinya larva akan menggantung menyerupai huruf V terbalik.
D.   Pembuatan NPV
Umumnya, NPV diperbanyak secara in vivo dalam tubuh ulat yang menjadi inangnya. NPV dapat juga diperbanyak secara in vitro dalam kultur jaringan. Cara in vitro lebih unggul bila dibandingkan dengan in vivo karena dapat mencegah terjadinya penyimpangan genetik dan kontaminasi, dan menghemat tenaga. Sebaliknya, cara in vitro memiliki kelemahan karena membutuhkan fasilitas fermentasi yang mahal, tidak praktis, dan produktivitasnya rendah (Starnes et al. 1993). Di antara kedua cara tersebut, cara in vivo lebih cocok untuk diterapkan di Indonesia.
Produksi bioinsektisida NPV dilakukan dalam empat ruang terpisah, yaitu ruang pembuatan dan penyimpanan pakan buatan, ruang dengan unit untuk pembiakan massal serangga dan unit lain untuk pemeliharaan ulat yang akan diinfeksi NPV, ruang perbanyakan NPV, dan ruang recovery dan formulasi NPV. Fungsi produksi lainnya seperti quality control, bioassay, dan karakterisasi produk dilakukan di laboratorium (lgnoffo and Couch 1981).
Ada tiga tahap kegiatan dalam proses produksi bioinsektisida NPV yaitu :
1.    pembiakan massal ulat grayak,
2.    perbanyakan dan standardisasi NPV,
3.    pemformulasian NPV.
Langkah-langkah pembuatan :
1.    Melarutkan NPV dengan air di dalam gelas ukur
2.    Membagi larutan NPV menjadi 2 bagian, yang pertama sesuai dosis anjuran dan yang kedua setengah dosis anjuran
3.    Menyiapkan wadah plastik dengan penutupnya 16 buah yang diberi lubang-lubang kecil menggunakan jarum. Wadah ini digunakan untuk tempat pemeliharaan serangga.
4.    Memberikan perlakuan pada 8 wadah plastik sesuai dosis anjuran dan 8 wadah plastik setengah dosis anjuran.
5.    Memasukkan Spodoptera litura kedalam wadah.
6.    Memasukkan daun talas yang telah dipotong 3x3 cm dan yang dicelupkan ke larutan NPV sesuai anjuran menggunakan pinset.
7.    Memasukkan daun kedalam wadah plastik tempat pemeliharaan serangga.
8.    Mengamati selama beberapa hari samapi terdapat Spodoptera litura yang mati. 
E.   
                                               
 
Gambar








Gambar 3. Cara kerja NPV
 
 



 

F.    Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/bioinsektisida diakses pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 16.00 WIB
http://caturgembira.blogspot.com/bioinsektisida/npv%20sbg%20bio.html diakses pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 16.40 WIB
 http://anisari.blogspot.com/84b-bioinsektisida-npv-untuk.html diakses pada tanggal 2 Januari 2012 pukul 16.54 WIB
http://anakbelitang.blogspot.com/2010/02/ulat-grayak-spodoptera-litura-f.html diakses pada tanggal 4 Januari 2012 pada pukul 15.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Spodoptera diakses pada tanggal 4 Januari 2012 pada pukul 15.05 WIB
http://www.scribd.com/doc/34592005/Artikel-Virus diakses pada tanggal 4 Januari 2012 pada pukul 15.10 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar